Oleh: Najmuddin Saifullah
Ia adalah salah satu dari Fuqaha Sab’ah (Tujuh orang ahli
Fikih) dari Madinah bersama Sai’d Al-Musayyab, al-Qasim bin Muhammad, Kharijah
bin Zaid, Abu Salamah bin Abdirrahman, Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah,
Sulaiman Bin Yassar.[1]
Nama Lengkapnya adalah Urwah Bin az-Zubair bin Awwam bin Khuwailid
bin Asad bin abdul-Uzza bin Qushai bin Kilab, Abu Abdillah al-Qarsyi al-Asadi
al-Madani. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan tahun 23
H dan wafat pada 93 H.
Guru sekaligus orang yang diriwayatkan haditsnya oleh Urwah adalah:
Zubair Bin Awwam (ayahnya), Asma’ (ibunya), A’isyah (bibinya), Ali Bin Abi
Thalib, Muhammad bin Maslamah, Zaid bin Tsabit, Sa’id bin Zaid, Abu Hurairah,
al-Mughirah bin Syu’bah, Abu Humaid as-Sa’idi, Fatimah binti Qais, Ummu Hani’, Sahl
bin abi Hatsmah, Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, Jabir, al-Hasan, al-Husain, Abu
Humaid, Ibnu Abbas, Abu Ayyub al-Anshari, Amr Bin al-Ash, dan Abdullah bin
Umar.
Sedangkan, murid yang banyak belajar hadits darinya adalah: Anaknya
(Utsman, Abdullah, Hisyam, dan Yahya), Muhammad, Mujahid, Sulaiman bin Yassar,
Ibnu Abi Mulaikah, Atha’ bin Abi Rabbah, Abu Salamah bin Abdurrahman, Ibnu
Syihab, Shafwan bin Sulaim, Bakr bin Sawadah, Yazid bin Abu Habib, Muhammad bin
al-Munkadir, Wahab bin Kaisan, az-Zuhri, Abu Zinad, Shalah bin Kaisan, Abu
al-Aswad Muhammad bin Abdirrahman Yatim Urwah, Amr bin Abdillah bin Urwah, dan
lain-lain.
Urwah dikenal sebagai orang yang murah hati dikarenakan
kegemarannya bersedekah. Ia memeliki sebuah kebun yang terdapat sumur dengan
air tawar di dalamnya, lalu apabila tiba masa panen ia mempersilakan orang yang
melewati kebunnya untuk mengambil buahnya.
Menurut Ibnu Syaudzab, Urwah membaca seperempat al-Qur’an dan
shalat malam setiap harinya. Ia tidak pernah meninggalkan rutinitas tersebut
kecuali pada malam ketika kakinya dipotong karena terkena akilah (penyakit
yang menggerogoti tubuh). Kisahnya sebagai berikut:
Dikisahkan oleh Hisyam bin Urwah (anak Urwah) bahwa suatu ketika
Urwah pergi ke tempat khalifah al-Walid
untuk memenuhi undangan. Ketika menempuh perjalanan menuju tempat khalifah,
telapak kaki kirinya terluka dan terkena penyakit akilah[2],
sesampainya di tempat khalifah penyakit tersebut semakin menjalar sampai paha
dan dipanggillah tabib terbaik untuk menyembuhkannya. Kemudian datang seorang
dokter dan berkata aku akan memberimu minuman yang memberi efek samping engkau
kehilangan akal. Ia berkata: lakukanlah urusanmu, namun aku tidak mau meminum
yang menjadikanku tidak mengenal Tuhanku. Kemudian dipotonglah kaki Urwah
sedang ia senantiasa membaca wirid selama proses pemotongan kakinya. Ketika
selesai, maka pangkal kaki yang dipotong diberi minyak panas agar lukanya
tertutup, dan Urwah tidak sadarkan diri. Itulah malam di mana Urwah tidak
membaca seperempat al-Qur’an dan tidak shalat malam.
Ketabahan yang luar biasa ditunjukkan Urwah pasca operasi
pemotongan kakinya. ketika itu ia mendapat kabar bahwa anaknya yang bernama
Muhammad meninggal dunia dikarenakan ditendang kuda saat bermain di kandang
kuda. Saat itu, Ia sangat sabar mengingat telah kehilangan dua hal yang sangat
berharga baginya yaitu kaki dan anaknya.Urwah berkata: “Ya Allah, aku mempunyai
anak tujuh, Engkau mengambilnya satu dan masih tersisa enam. Aku mempunyai
empat bagian tubuh (dua tangan dan dua kaki) Engkau mengambilya satu dan masih
tersisa tiga. Jika Engkau mengujiku dengan penyakit, maka aku masih memiliki
banyak masa sehat, dan jika Engkau mengambil sesuatu dariku, Engkau masih
menyisakannya”. Itulah bukti betapa kesabaran yang luar biasa yang dimiliki
oleh Urwah.
Kemudian, dikisahkan oleh Abdullah bin Urwah bahwa ketika Ayahku
melihat kakinya yang dipotong dan berkata: sesungguhnya Allah mengetahui bahwa
aku tidak pernah menggunakan kaki ini untuk berjalan ke arah maksiat.
Urwah berkata kepada anaknya, Hisyam: tanyalah kepadaku, kemudian
ia bertanya tentang suatu hadits, lalu dibukakanlah hadits selama dua hari.
Urwah bin az-Zubair merupakan Ulama sekaligus Tabi’in yang Mulia.
Berikut adalah komentar para Ulama tentang diri beliau:
Ibnu Sa’d : Dia Tsiqah
Lelaki Shalih, Tidak pernah terkena fitnah;
Az-Zuhri : Ia bagaikan
Lautan yang tidak pernah kering (ilmunya);
Yahya bun Ayyub: demi Allah kami mempelajari satu bagian dari
seribu bagian perkataanya;
Az-Zuhri : Urwah mencatat
manusia dari perkataannya;
Al-Aziz : tidak ada
seorangpun yang lebih tau dari Urwah bin az-Zubair;
Abu Zinad : ia termasuk
empat Ahli Fiqh Madinah bersama Sa’id bin Musayyib, Qabishah bin Dzuaib, dan
Abdul Malik bin Marwan;
Yunus : Urwah
adalah Lautan yang tidak akan keruh walaupun ditimba sebanyak-banyaknya;
Ibnu Uyainah : orang-orang mengetahui
hadits A’isyah dari al-Qasim, Urwah, dan Amrah;
Humaid bin Abdurrahman: aku melihat sahabat bertanya kepada Urwah;
Ali bin al-Mubarak dari Hissyam bin Urwah berkata bahwa ayahnya
puasa setahun penuh kecuali hari Idul Fitri dan Idul adha, dan ia meninggal
ketika berpuasa
Urwah berkata: berapa banyak kata hina kupikul, maka akan aku
warisi dengan kesabaran yang panjang
Hisyam bin Urwah: tidaklah aku melihat seorang pun dari orang yang
suka mencela kecuali ia menyebut Urwah dengan baik
Khalifah dan yang lain berkata: Urwah dilahirkan pada tahun 23 H
Mush’ab az-Zubair berkata: ia dilahirkan pada tahun kedua
pemerintahan Utsman, ia dilahirkan rahun 29 H
Ibnu al-Madini berkata Urwah, Abu Bakar bin Abdurrahman, dan
Ubaidillah bin Abdullah wafat pada tahun 92 H
Khalifah (Jama’ah) berkata bahwa Urwah wafat pada tahun 93 H
Ibnu Sa’ad dan jama’ah berkata pada tahun ke-empat
Ibnu ma’in berkata: wafat tahun 94 H Abu Bakar bin Abdurrahman,
Urwah, Ibnu al-Musayyab, dan Ali bin al-Husain, tahun ini dikatakan sebagai
tahun Fuqaha
Yahya bin Bukair mengatakan ia wafat pada tahun 95 H
Ibnu Numayyar: orang yang paling zuhud di dunia adalah keluaganya
Khalifah Al-Walid
Hisyam berkata bahwa Urwah meninggal dalam keadaan berpuasa,
keluarganya meminta Urwah berbuka namun ia tidak berbuka, dan justru berkata
aku ingin berbuka bersama para bidadari.
Sumber: Tadzhib at-tahdzib dan Siyar a’lam wa nubala’
No comments:
Post a Comment